Minggu, 28 Agustus 2011

MENAKAR KEIMANAN KITA

Haiii, bertemu lagi di blogn mungil yaitu di blognya kang dol. Di bulan Ramadlan ini, kang dol akan mengupas tentang masalah yang menyangkut dengan puasa, salah satunya adalah masalah keimanan. Apakah iman itu??? seperti apa bentuknya dan bagaimana cara merasakan iman??? Tongkrongin terus blognya kang dol.

Iman adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa di lihat oleh mata, namun iman bisa dirasakan oleh setiap orang. Keimanan bagaikan setrum listrik yang tidak terlihat namun bisa dilihat kalau lampu bisa nyala, kipas angin bisa muter, setrika bisa panas dan megic jer bisa merubah beras jadi nasi. Tapi, kalau ada setrum tapi lampu kagak nyala, ada setrum tapi kipas angin kagak mau muter semua orang tau kalau itu namanya konslet, setrika kagak mau panas itu namanya konslet. Jadi kalau ada orang yang katanya iman tapi tidak mau sholat itu namanya orang lagi konslet, kalau ada orang yang katanya iman tapi kagak mau puasa itu namanya juga konslet.

Keimanan seseorang itu bisa diukur dari ibadah. Jikalau ibadahnya tekun, rajin dan pergaulannya dengan masyarakat dan tetangga baik, maka kadar keimanannya tinggi. Namun jikalau seseorang malas beribadah, sering musuhan, sering menghina, mengumpat bahkan tawuran dengan tetangga, maka bisa dipastikan iman orang tersebut sangatlah minim sekali.

Ini persis seperti hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, bahwa Nabi bersabda:

مَن اَمَنَ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ اْلآ خِرِ فَالْيُكْرِمْ جَارَهُ

Begitulah Rasulullah menilai tingkat keimanan seseorang, jika imannya bagus maka prilakunya terhadap sesamapun akan bagus. Namun jikalau imannya lemah maka prilaku sehari-harinyapun akan jelek.

Al-Imam Abu Khanifah Radhiallahu ‘Anhu pernah berkomentar dalam masalah keimanan ini. Beliau berkata, di dunia ini ada 4 macam jenis keimanan. Pertama, يزيد ولا ينقص (yazidu wala yanqusu). Atau iman yang bertambah terus dan tidak berkurang sama sekali. Iman jenis ini tidak dimiliki oleh semua orang namun hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Semakin banyak ujiannya maka semakin bertambah terus keimanannya.

Seperti ujian Allah yang diberikan kepada para nabi-Nya, yang mana para nabi ini justru bertambah yakin dan bertambah percaya bahwa Allah Maha Kuasa. Tidak pernah ada cerita bahwa para nabi dan rasul meminta pensiun atau berhenti jadi nabi gara-gara kagak kuat menerima cobaan yang diberikan Allah kepada mereka. Karena Allah itupun Maha tahu seberapa besar keimanan hambanya kepada-Nya. Jadi Allah akan menguji hambanya sesuai dengan kemampuannya atau keimanannya. Kalau imannya kuat Allah akan mengujinya dengan ujian yang berat, namun kalau imannya lemah Allahpun akan mengujinya dengan ujian yang ringan.

Ujian itupun beraneka bentuk dan beraneka macam, ada yang diuji dengan nikmat adapula yang diuji dengan musibah. Jangan dikira miskin aja yang jadi ujian coy......, kekayaanpun itu ujian. Namun umumnya orang merasa diuji kalau mendapatkan musibah, tetapi tidak kalau mendapat nikmat. Saya belum pernah mendengar ataupun melihat ada orang yang memiliki uang 40 Milyar merasa diuji oleh Allah. Padahal sebenarnya orang tersebut sedang diuji oleh Allah dengan hartanya, bagaimana dia memperoleh dan menafkahkan hartanya, semuanya kelak akan ditanya oleh Allah Ta’ala.

Namun kita harus bisa membedakan mana ujian, mana teguran dan mana persekot (panjer). Kita ini kadang-kadang terlalu menyombongkan diri dengan mengatakan aku baru diuji Allah. Padahal ujian, teguran, maupun persekot itu sebenarnya sama tergantung siapa yang mendapatkannya. Para nabi, para rasul dan para orang sholih apabila diberi musibah namanya ujian, kalau mereka lulus ujian, maka mereka akan dinaikkan derajatnya. Bagi orang-orang awam atau orang yang sering melakukan dosa (orang fasiq) kalau diberi musibah namanya teguran, ini bertujuan untuk merubah perilaku mereka agar mau bertaubat dan memperbaiki kesalahan mereka. Bila orang yang suka berbuat mungkar (orang munafiq) kalau diberi musibah namanya persekot (panjer) karena azab Allah itu tidak akan berhenti hanya di dunia saja, tetapi masih akan dilanjutkan kelak dihari kiamat. Jadinya ketika Allah memberi musibah kepada si munafiq, itu namanya Allah sedang melakukan panjer dengan si munafiq.

Jenis iman yang kedua adalah يزيد ولا ينقص لا(la yazidu wala yanqusu). Atau iman yang tidak bertambah dan tidak pula berkurang atau bisa dikatakan iman yang stabil. Jenis iman ini manusia tidak ada yang memilikinya, terus siapa yang memiliki iman ini??? Yaitu para malaikat. Yang mana malaikat ini sejak diciptakan sampai dengan besok kiamat tidak akan pernah durhaka, atau membangkang kepada Allah. Jangankan maksiat durhakapun gak pernah. Kagak ada ceritanya malaikat Jibril korupsi ayat. Atau malaikat Izroil mogok gak mau jabut nyawa manusia.

Lantas kenapa keimanan para malaikat itu selalu konsisten dan stabil??? Jawabannya adalah karena malaikat tidak pernah melakukan dosa satu kalipun. Manamungkin malaikat melakukan dosa, lhawong malaikat kagak punya nafsu seperti kita. Malaikat selalu ta’at kepada perintah Allah, kalau diciptakan untuk sujud kepada Allah, ya kerjanya sujuuuuud terus sampai kiamat. Kalau disuruh bertasbih, ya bertasbiiiiiih terus sampai kiamat. Itulah mengapa malaikat keimanannya setabil dan konsisten.

Jenis yang ketiga dari iman adalah يزيد و ينقص (yazidu wa yanqusu). Atau iman yang bisa bertambah dan bisa berkurang. Jenis iman ini yang memiliki adalah umumnya para manusia. Kadang-kadang imannya naik, kadang-kadang pula imannya turun. Ketika keimanan seseorang lagi dipuncak alias naik, wah tekun dan rajin banget ibadahnya, sampe-sampe kalau jum’atan jam 10 sudah dateng ke masjid takut kalau kagak dapet onta. Tapi kalau imannya lagi dorp jangankan jum’atan, pergi ke masjid aja ogah...

Sekarang, kenapa manusia bisa berperilaku seperti itu??? Jawabannya adalah karena manusia memiliki hawa nafsu. Kadang-kadang kita bisa mengendalikan hawa nafsu, tapi kadang-kadang juga hawa nafsulah yang mengendalikan kita. Itulah yang mengakibatkan iman kita kadang-kadang naik dan kadang-kadang turun.

Yang membedakan malaikat dengan kita adalah hawa nafsu. Apabila kita bisa mengendalikan nafsu, maka kita pasti akan selamat namun kalau kita mengikutinya, insallah neraka menanti kita. Kita tentu masih ingat dengan cerita nabi Adam diusir oleh Allah dari surga itu gara-gara mengikuti hawa nafsunya untuk memakan buah khuldi yang sudah jelas dilarang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi kalau kita masih berniat masuk surga, jaga bener-bener nafsu kita.

Jenis iman yang keempat adalah يزيد و ينقص لا(la yazidu wa yanqusu). Atau iman yang tidak bertambah tapi berkurang terus. Jenis iman ini adalah yang paling berbahaya diantara jenis-jenis yang lain. Semoga kita terhindar dari iman seperti ini. Amin..... Siapakah yang memiliki iman seperti ini??? Yang memiliki adalah orang-orang munafiq, yang mana orang-orang munafiq itu kelihatannya beriman, beramal saleh dan bersedekah, namun amalan-amalan yang dilakukan itu bukan semata-mata yakin akan balasan Allah yang lebih baik, tapi karena takut kalau dirinya dikira pelit, kikir, bakhil dan sebagainya. Jadi amalan yang dilakukannya tidak menjadikan dia dekat dengan Allah tapi malah menjauhkan dirinya dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. dengan kata lain, amalan-amalannya tadi tidak bisa menambah keimanan kepada Allah Ta’ala, namun justru mengkikis iman itu sendiri karena tidak ada kepercayaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi untuk orang seperti ini, saya sarankan segeralah anda sadar dan bertaubat, mumpung pintu taubat masih dibuka dan jangan kuatir Allah akan menerima taubat hambanya yang sungguh-sungguh.

Demikian penjelasan yang singkat ini, semoga ada manfaatnya untuk saya pribadi dan khususnya untuk para pembaca semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar